DARI SETANGGI HINGGA SOIR DE PARIS

Parfum Sepanjang Masa

 

 



 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Sepanjang sejarahnya, manusia senantiasa berupaya menyamankan lingkungannya dengan parfum (perfume). Jika mendengar kata yang berasal dari kata Latin ini – per (“melalui”) dan fumum (“asap”) – kita akan segera teringat pada setanggi atau kemenyan yang dibakar dalam dupa. Asap yang ditimbulkannya menebarkan wewangian.

Masyarakat purba juga menggunakan kemenyan buat mempersedap cita rasa makanannya. Orang Mesir dikenal dengan pemakaian minyak wangi dalam ritusnya. Dan orang Romawi percaya akan daya penyembuhan yang terkandung dalam parfum. Wewangian yang dipakai Cleopatra dari Mesir telah memabukkepayangkan Jenderal Antonius dari Romawi. Sedangkan Napoleon baru siap berperang kalau sudah dibekali parfum.

Di Eropa abad ke-17, para dokter mengobati penderita penyakit campak dengan bantuan bebauan rempah-rempah tertentu. Mereka menutupi hidung penderita dengan kulit moncong binatang yang mengandung campuran cengkih, kayu manis, dan jenis rempah lainnya. Aroma yang bangkit diharapkan dapat mengobati penderitanya. Masih di abad itu, kaum wanita Inggris menyembunyikan parfum di bingkai foto kecil (locket) yang tergantung di lehernya. Mereka mengendus-endusnya kapan jika perlu.

Adalah di Perancis abad ke – 18, dipelopori si “Raja Parfum” Louis XIV, popularitas pengharum mencapai puncaknya. Di rumah atau di luar rumah, mereka membiasakan diri menyapukan bau-bauan ke tubuhnya. Bila hendak berhelat, mereka mengoleskan wewangian ke sayap burung-burung dara, yang dibiarkan beterbangan di ruang-ruang pesta.

Peran parfum di zaman modern tak tertolak, kita tahu itu, dan menjadi bisnis puluhan miliar dollar. Di Amerika saja – pasar terbesar parfum- omzetnya milliaran dollar.

 Untuk tahu lebih jauh tentang parfum, lanjutkan membaca artikel-artikel pada link disebelah kiri ini. 

 

Nilai Situs Kami
@ SearchIndonesia